Ontologi Pendidikan

Filsafat adalah pemikiran tentang suatu hal secara menyeluruh, mendasar namun spekulatif (Suriasumantri, 1990). Bidang yang ditelaah meliputi hal-hal yang menjadi suatu problema yang dapat dipikirkan oleh manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan pemikiran atau penelahaan tentang sesuatu secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan agar mendapat jawaban dari persoalan dan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran atau penelaahan mengenai dasar-dasar ilmu, dan segala sesuatu yang terkait dengan ilmu.

Bidang yang dikaji oleh filsafat cukup luas dan meliputi berbagai jenis bidang kajian.  Arifin (dalam Susanto, 2010) menyatakan bahwa ruang lingkup kajian filsafat meliputi berbagai bidang yaitu: (1) kosmologi; (2) ontologi; (3) Phyilosophy of mind; (4) efistemologi; dan (5) aksiologi.

Definisi Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu taonta yang artinya ‘yang berada’ dan logos yang berarti ‘ilmu pengetahuan’. Adapun definisi ontologi menurut Aristoteles yaitu pembahasan tentang hal yang ada sebagai hal ada.

Ontologi dalam filsafat ilmu adalah studi tentang sifat dasar ilmu yang menentukan arti, struktur dan prinsip ilmu. Ontologi merupakan dasar dari fondasi ilmu, dimana terletak “undang-undang dasarnya” dunia ilmu. Menurut Susanto (2010) Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Dengan demikian, ontology berarti studi tentang suatu hal yang ada.

Objek Kajian Ontologi

Objek telaahan ontologi  adalah  yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu alam semesta.

Sedangkan objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kualitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahannya akan menjadi telaah monise, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan kualitatif realitas akan tampil menjadi aliran aliran materialism, idealisme, naturalism dan hilomorphisme.

Aliran-Aliran dalam Metafisika Ontologi

Susanto (2010) menyatakan bahwa di dalam pemahaman atau pemikiran ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut:

1.      Aliran Monoisme

Aliran ini menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh kenyataan hanyalah berasal dari satu tidak mungkin dua baik yang asal berupa materi maupun rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.  Paham monoisme terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran materialism dan aliran idealisme. Aliran materialism (naturalism) yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka raga mini semua berasal dari ruh, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.

2.      Aliran Dualisme

Aliran dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Dalam aliran ini dijelaskan bahwa materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat asal selurh kenyataan. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitupun ruh muncul bukan karena adanya materi.

3.      Aliran Pluralisme

Paham pluralisme berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua entitas.

4.      Aliran Nikhilisme

Paham nikhilisme menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternative positif. Pada pandangan ini, Tuhan sudah mati. Manusia bebas berkehendak dan beraktivitas.

5.      Aliran Agnotisisme

Aliran agnotisisme menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat batu, air, api, dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh indranya maupun oleh pikirannya. Paham agnotisisme ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.

Landasan Ontologi Pancasila

Atas dasar pengertian ontologi, pandangan ontologi dari pancasila adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil (Damarjati dalam Susanto,2010).

Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu, yang esa dan segala sesuatu tergantung kepadanya. Manusia memiliki susunan hakikat pribadi yang monoprularis, yakni bertubuh/berjiwa, bersifat individu/makhluk sosial, berkedudukan sebagai pribadi berdiri sendiri/makhluk Tuhan yang menimbulkan kebutuhan kejiwan dan religious, yang seharusnya secara bersama-sama dipelihara dengan baik dalam kesatuan yang seimbang, harmonis, dan dinamis. Satu secara mutlak tidak dapat terbagi, rakyat adalah keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam lingkungan daerah atau Negara tertentu. Hakikat rakyat adalah pilar Negara dan yang berdaulat. Sedangkan adil yaitu dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara Negara dengan warga Negara, hubungan warga Negara dengan Negara, dan hubungan antarsesama warga Negara.

REFERENSI

Susanto. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi aksara.

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi aksara.

Suriasumantri, Jujun. 1990. Filsafat Ilmu, sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Leave a comment