Perkembangan Pemikiran Tentang Pembentukan Alam Semesta

Alam semesta atau jagad raya atau mayapada merupakan ruang waktu dimana semua energi dan materi berkumpul. Alam semesta dimungkinkan memiliki beribu-ribu galaksi dimana tiap-tiap galaksi memiliki jutaan bintang yang tersebar, dimana setiap bintang punya kemungkinan memiliki planet yang mengitarinya. Di dalam ilmu astronomi, galaksi diartikan suatu sistem yang terdiri atas bintang-bintang, debu dan gas yang sangat luas, yang anggotanya mempunyai gaya tarik-menarik (gravitasi). Bintang-bintang di dalam galaksi mempunyai warna, ukuran dan karakteristik yang beragam.

Pandangan Tentang Pembentukan Alam Semesta dari berbagai Peradaban

Pandangan pertama yaitu datang dari bangsa Mesir Purba yang percaya bahwa alam semesta ini dikuasai oleh Dewa Langit Nut yang tubuhnya bertaburan bintang, memayungi alam semesta sambil menopang langit agar tidak runtuh menekan bumi.

Kemudian pandangan selanjutnya datang dari bangsa Babilonia yang percaya bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan bumi juga merupakan suatu gunung yang berongga di bawahnya dan ditopang oleh suatu samudera. Selanjutnya pada abad ke 17 dimana ilmu pengetahuan modern mulai berkembang, pandangan mengenai asal-usul kehidupan tercantum dalam Perjanjian Lama Kitab Genesis. Dalam kitab ini berisi pandangan yang sama dengan orang Babilonia, namun bedanya diangkasa di langit terdapat tempat disebut Surga yaitu tempat Tuhan Yang Maha Esa bertahta, sedangkan di bawah bumi terdapat sesuatu tempat yang disebut neraka.

Pada masa bangsa Yunani Kuno, mereka percaya bahwa pusat alam semesta adalah bumi. Sekitar tahun 140 M muncul teori geosentrisme oleh ptolemaios yang beranggapan bahwa bumi yang pada tempatnya dikelilingi oleh bulan, merkurius, venus, matahari, saturnus dan yupiter dengan gerakan yang melingkar. Namun pada akhir abad ke 16, teori geosentrisme dipatahkan oleh teori Heliosentisme oleh Copernicus, yang beranggapan bahwa matahari sebagai pusat tata surya yang dikeliling oleh merkurius, venus, bumi, mars, yupiter dan saturnus dengan gerakan melingkar. Kemudian hasil penelitian Johanes Kepler mengubah bentuk lintasan planet dari lingkaran menjadi elips.

Sekarang lebih dari sejuta galaksi yang diketahui, dengan masing-masing galaksi terdiri dari berjuta-juta bintang, yang masing-masing serupa dengan matahari. Dari galaksi Bima Sakti diketahui bintang-bintang yang terdapat didalamnya termasuk matahari yang sekitar 100 milyard bertebaran dalam bentuk cakram yang berdiameter 100 ribu tahun cahaya dan tebalnya  5 ribu tahun cahaya (1 tahun cahaya = 9,46 x 1012 km). Matahari kita salah satu anggota galaksi yang letaknya  50 ribu tahun cahaya dari pusat galaksi Bima Sakti.

Teori-Teori tentang Terbentuknya Alam Semesta

Teori Steady State. Pada teori ini, dijelaskan bahwa materi yang hilang melalui resesi (pengurangan) galaksi-galaksi karena pengembungan alam yang berlangsung terus-menerus digantikan oleh materi yang baru saja tercipta sehingga alam semesta berada dalam keadaan tidak berubah (steady state).

Teori ekspansi dan konstraksi (oscillating theory). Pada teori ini dijelaskan bahwa ada suatu jagat raya. Satu siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentukalah galaksi-galaksi serta bintang-bintang di dalamnya. Sedangkan pada masa kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsur-unsur yang telah terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga panas yang sangat tinggi.

Teori Big Bang (Super Dense)  menyatakan bahwa awal mula alam semesta berasal dari dentuman atau ledakan yang besar. Menurut teori ini, alam semesta ini bermula dari gumpalan super-atom raksasa yang seperti bola api raksasa dengan suhu antara 10 milyar sampai 1 triliun derajat celcius, sedangkan air mendidih hanya 1000 celcius sehingga dengan suhu yang sangat tinggi tersebut, akhirnya super atom raksasa meledak sekitar 15 tahun yang lalu kemudian menyebar menjadi debu dan awan hydrogen. Debu dan awan hidrogen membentuk bintang-bintang kemudian berpusat dan membentuk kelompoknya masing-masing yang kita sebut galaksi.

 

Pembentukan Alam Semesta dalam Perspektif Al-Qur’an

Segala sesuatu di alam semesta ini merupakan ciptaan Allah SWT karena itu Allah SWT adalah pencipta (Alkhalik). Al-Quran mengisyaratkan proses penciptaan alam dalam 6 masa dan setiap masa terdiri dari ribuan/jutaan tahun. Bumi merupakan salah satu planet ciptaan Allah yang dihuni oleh makhluk hidup. Ilmuwan fisika muslim kontemporer telah mengungkap isyarat-isyarat Al-quran tentang alam semesta yang dikaitkan dengan kajian-kajian empirik dan eksperimental yang mereka lakukan dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai petunjuk arah.

Beberapa ayat yang memberikan pencerahan dalam menemukan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan, khususnya dalam kaitan penciptaan alam semesta yaitu QS Hud, 11:7:

“Dan dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, adapun arsy-Nya telah tegak pada air untuk menguji siapa diantara kalian yang lebih tinggi amalnya.” (QS Hud,11:7)

Alam raya yang terdiri dari berbagai planet seringkali disebut dalam Al-Qur’an sebagai samawat dan ardh, proses penciptaannya disinggung dalam Al’Quran dalam QS Al-anbiya, 21:30:

“Apakah manusia-manusia yang inkar itu tidak menyaksikan (mengetahui) bahwa langit dan bumi (jagat raya ini) adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakan mereka tidak beriman.” (Al-Anbiya,21:30)

Alam semesta atau jagat raya sebagai sesuatu yang padu mengandung pengertian bahwa dulunya ala mini satu saja, namun Allah memisah-misahkan sehingga menjadi planet-planet yang banyak menghuni alam semesta.

Dalam ayat-ayat lain, QS. Al-Mulk, 67:3 dan QS. Ar-Rum, 30:22 yaitu:

“Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah itu sesuatu kepincangan (sesuatu yang tidak seimbang); maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu menampakkan sesuatu keretakan?. Maka kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan suatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan lemah dan payah.” (QS.Al-Mulk 67:3)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah terciptanya langit dan bumi, dan perbedaan bahasa dan warna kulitmu; sungguh dalam hal ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang berilmu.” (QS.Ar-rum, 30:22)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa alam semesta ini berjalan dengan kokoh, teratur, rapi dan harmonis dalam suatu sistem yang seimbang. Benda-benda langit yang bertebaran berjalan secara harmonis sehingga tidak terjadi benturan karena Allah telah meletakkan sistem gaya tarik menarik yang seimbang dan kokoh di antara benda-benda itu.

Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}” (Q.S. An-Nazi’at: 27-33)

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

Pada masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen yang berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga dukhan yang tersisa berupa piringan membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.

Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Pada ayat ini terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit makin tinggi. Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Surat An-Nazi’at ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus.

Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

Penghamparan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III – IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air turun sebagai hujan yang pertama.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Antik, Juntik. 2012. Teori Terbentuknya Alam Semesta, Tata Surya dan Bumi. http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/10/teori-terbentuknya-alam-semesta-tata-surya-dan-bumi-426399.html   diakses 27 November 2013

Djamaluddin, T. 2008. Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa. http://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-masa/  diakses 28 November 2013

Nur, Djakaria M. 2013. Teori Kejadian Alam semesta http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/194902051978031-DJAKARIA_M_NUR/TEORI_KEJADIAN_ALAM_SEMESTA.pdf  diakses 28 November 2013

Prasetya, Sukma Perdana. ___. Teori Tentang Terbentuknya Alam Semesta.

http://geo.fis.unesa.ac.id/berkas/kuliah/TeoriTentangTerbentuknyaAlamSemesta.pdf diakses 28 November 2013

Riyanto, Bambang., dkk. 2008. Perkembangan Pemikiran tentang Alam Raya. http://bambangriyantomath.files.wordpress.com/2009/05/terbentunya-alam-semesta.doc. diakses 28 November 2013

Sauri, Sofyian. 2013. Perspektif Al-Qur’an tentang Pembentukan Alam Semesta. UPI. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195604201983011-SOFYAN_SAURI/BUKU_PAI_REVISI/BAB_I.pdf  diakses 28 November 2013

Leave a comment